Jumat, 23 Desember 2011

Ar-Risalah Ak-Muntaha

Bismillahirrahmaanirrahim

Kuliah, kata-kata yang telah menghipnotis banyak orang untuk mengejar hal itu untuk mendapatkan cita-cita, katanya. Cita-cita itu sendiri berorientasi macam, ada yang jadi guru mulai dari guru agama, guru ngaji, guru sekolah, guru madrasah, guru tempat bimbel, sampai menggurui orang lain. Ada yag memilih wartawan di televisi, surat kabar, majalah, sampai wartawan gosip hari-hari. Ada yang memilih bisnis, dari bisnis makanan, pakaian, buku-buku, obatet-obatan herbal, dan lain-lain yang tentu saja terjadi di masyarakat kita.
Kuliah memang, idealnya mencari susunan ideal dari sebuah pengetahuan dengan mengerucutkan menjadi sebuah teori yang dipraktekkan didunia nyata,
that's it. Maka dari itu, kampus adalah gudangnya institusi yang berkutat dengan teori-teori, buku-buku, makalah-makalah, penelitian-penelitian, jurnal-jurnal, koran, ensiklopedia, yang merupakan sumber-sumber tertulis maupun sumber-sumber lisan mulai dari dosen dari tingkat sarjana, magister, doktor, profesor, syaikh,ustadz, researcher, dan apalah namanya sehingga wajar saja kalau dikuliah min naahiyah adz-dzahiriyah (dari sisi luar) terlihat ideal dan mapan. Namun, ya ada sisi lain yang masih perlu evaluasi sana sini, dari dekandensi idealisme sampai sikap hari-hari, dari sistem besar dan makro sampai sistem kecil, mikro, bahkan ecek-ecek menurut sebagian orang semuanya perlu dievaluasi terus.
OK, masa perkuliahan telah hampir selesai dan memasuki gerbang ujian akhir, dengan sederetan pelajarannya. Berarti, walau ujian bukanlah indikator segalanya akan keberhasilan kuliah (harus diyakini meskipun agaknya melawan yang mapan) mesti dipersiapkan. Dan ujian, kalau sebagian orang mengatakan hanyalah sebagai sebuah formalitas, maka jawabannya ujiannya yang harus dibuat sekritis mungkin, bukannya seorang yang sudah sampai tingkat mahasiswa (katanya seehh....) harus mengembangkan daya nalar, kritis, dan pemahaman yang utuh. 
Ya, mudah-mudahan daya-daya yang disebutkan bisa menjadi catatan untuk terus mengembangkan keilmuan dan tidak berhenti dikertas ujian saja (ya iyalah, sayang sekali daya kritis yang bisa membawa manfaat besar bagi mujtama'/society cuma sampai dinilai dosen, dinilai, dibagikan, udah puas dibuang, ooohhh,........). Masrur Irsyadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar